Sinopsis Novel Sengsara Membawa Nikmat Karya Toelis Soetan Sati

Sinopsis Novel Sengsara Membawa Nikmat Karya Toelis Soetan Sati

Sengsara Membawa Nikmat adalah judul novel karya Sutan Sati yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1929 oleh Balai Pustaka. Berlatar budaya Minangkabau, novel ini mengikuti perjalanan seorang protagonis bernama Midun. Deskripsi penggambaran yang dinarasikan sangat nyata, tidak hanya terbatas pada wilayah Sumatera, tetapi juga pulau Jawa.

Identitas Novel Sengsara Membawa Nikmat Karya Toelis Soetan Sati

Judul Sengsara Membawa Nikmat
Penulis Toelis Soetan Sati
Tahun Terbit 1929
Penerbit Balai Pustaka
Tebal 192 Halaman

Sinopsis Novel Sengsara Membawa Nikmat Karya Toelis Soetan Sati

Sengsara Membawa Nikmat merupakan salah satu novel klasik terpopuler di Indonesia. Bahkan kisahnya dibawa ke layar kaca, menjadi tontonan wajib di zamannya. Ceritanya pada dasarnya adalah kisah cinta bertema konspirasi. Tokoh protagonis dari novel ini adalah seorang pemuda Minang bernama Midun. Ia merupakan pemuda yang sopan, santun, saleh, pandai bela diri, dan rendah hati. Karena serangkaian tindakan kebaikan inilah Midun sangat dicintai oleh penduduk desa. Hal ini mengusik kecemburuan pemuda lain bernama Kacak. Kacak sendiri dideskripsikan sebagai orang yang congkak, angkuh, dan sombong. Ia adalah keponakan dari orang terkenal di Padang. Ia sangat iri pada Midun karena menurutnya Midun tidak layak dicintai banyak orang karena dia hanya anak seorang petani miskin.

Secara keseluruhan, cerita ini menceritakan naik turunnya banyak cobaan Midun sebelum hidup bahagia bersama istri dan keluarganya. Salah satu ujian terbesar Midun adalah kecemburuan Kacak. Ia sering ditipu dan difitnah oleh Kacak. 

Suatu ketika, istri Kacak terseret arus sungai, dan karena Midun ada di tempat, dia segera mengulurkan tangan dan menyelamatkan istri Kacak. Namun, bukannya bersyukur, Kacak memfitnah Midun karena memperkosa istrinya. Kacak melaporkan kejadian tersebut kepada para pemimpin desa, yang mempercayai fitnah tersebut. Akibatnya, Midun dihukum karena pekerjaannya yang tidak dibayar. Dia mengeksekusi hukuman di bawah pengawasan Kacak.

Tak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah saat melihat Midun masih nongkrong di kampung mereka. Dia akhirnya merencanakan sejumlah hal dengan tujuan membunuh Midun. Upaya ini selalu gagal, tetapi Kacak masih bisa memfitnah Midun dan berakhir di penjara. Di penjara, Midun menjadi orang yang dihormati karena seni bela dirinya yang baik. Saat menjalani hukumannya, Midun suatu hari dikirim untuk menyapu jalanan. Dia tidak sengaja melihat seorang gadis cantik duduk sendirian. Setelah gadis itu pergi, Midun berencana untuk menyapu tempat gadis itu duduk. Dia terkejut menemukan kalung milik seorang gadis.

Akhirnya setelah mengembalikan kalung itu, ia bertemu dengan gadis yang ternyata adalah Halimah. Halimah tinggal bersama ayah tirinya. Tidak senang hati, ia berniat mencari ayah kandung Halimah di Bogor. Midun berjanji setelah menjalani hukumannya, dia akan membantu Halimah menemukan ayahnya di Bogor. 

Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan kabur ke Bogor bersama Halimah untuk mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah, Midun tinggal di rumah selama dua bulan. Dia merasa tidak enak dan memutuskan untuk pergi ke Batavia untuk mencari pekerjaan. Di Batavia, Midun menghadapi banyak cobaan dan rintangan. Dia meminjam uang dari rentenir dan memulai bisnisnya sendiri, yang akhirnya sukses. Para rentenir menjadi cemburu dan memfitnah Midun. 

Akhirnya dia masuk penjara lagi. Setelah bebas, ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja membantu seorang Belanda yang diintimidasi oleh penjahat. Teman baru Belanda itu ternyata adalah anak seorang pejabat terkenal. Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, Midun mendapat pekerjaan dan dia akhirnya pergi ke Bogor untuk menikahi Halimah. Seiring berjalannya waktu, karier Midun semakin menanjak dan dipercaya untuk memimpin sebuah bisnis di Medan. Hal ini mempertemukannya dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau mengatakan situasi keluarganya sangat menyedihkan.

Akhirnya, sekembalinya ke Batavia, Midun diminta ditugasi ke kampung halamannya. Dia akhirnya kembali ke sana dan bertemu keluarganya dan Kacak. Kacak sangat menyesali apa yang dia lakukan pada Midun. Pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halaman mereka.

Mahasiswa Semester 7